Seminar Universitas PGRI Semarang, SEMINAR NASIONAL BAHASA, SASTRA DAERAH, DAN PEMBELAJARANNYA 2018

Font Size: 
Eksistensi Bahasa Jawa Kuno melalui Pembelajaran Tradisional
I Ketut Jirnaya

Last modified: 2018-03-12

Abstract


Bahasa Jawa Kuno pernah menjadi bahasa persatuan di Nusantara ketika zaman kerajaan Majapahit dahulu. Ketika itu banyak lahir karya sastra sebagai refleksi budaya masa lalu berupa sastra kakawin dan parwa. Sastra Jawa Kuno dirasakan sangat penting karena mengandung nilai humanis yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Dari itu pemerintah menaruh perhatian besar dengan membuka Program Studi Sastra Jawa Kuno yang satu-satunya di dunia, yaitu di Unversitas Udayana. Di Bali bahasa Jawa Kuno tetap eksis karena di samping dipelajari secara akademis juga dipelajari secara tradisional. Masalahnya, kenapa terjadi pembelajaran secara tradisional? siapa yang terlibat dalam pembelajaran tersebut? Untuk mengetahui jawaban tersebut, masalah ini akan dikaji dengan teori motivasi dari Abraham Maslow (1954). Para apresiator sastra Jawa Kuno (Pesantian) baik formal maupun informal dan anggota masyarakat secara individual yang senang belajar menembangkan kakawin merupakan sampel data. Data diperoleh melalui observasi dengan teknik wawancara, perekaman, dan pencatatan. Hasilnya, para orang tua dulu banyak yang senang belajar kakawin (menembangkan dan menerjemahkan). Banyak yang mahir bahasa Jawa Kuno tanpa pernah belajar secara akademis. Mereka tekun belajar, berdiskusi sesama teman. Tradisi pembelajaran untuk memahami bahasa Jawa Kuno masih berlanjut sampai sekarang.

Kata kunci: bahasa Jawa Kuno, belajar sendiri, kelompok, nembang, eksis


Full Text: PDF