Seminar Universitas PGRI Semarang, SEMINAR NASIONAL BAHASA, SASTRA DAERAH, DAN PEMBELAJARANNYA 2018

Font Size: 
Kritik Sosial dalam Bahasa Pedalangan “Pocapan Gara-gara”
Imam Sutarjo

Last modified: 2018-03-12

Abstract


Bahasa pedalangan merupakan bahasa bahasa Jawa yang literer, estetis, penuh imajinasi yang bernuansa ekspresi. Fungsi bahasa pedalangan selain puitis juga sebagai sarana untuk menceritakan alur cerita. Bahasa pedalangan sebagai bahasa susastra atau basa rinengga, dengan menggunakan dan memanfaatkan piranti-piranti bahasa yang khas; yaitu aspek bunyi yang menonjol, keunikan morfologis, afiksasi dan pilihan kata-kata arkhais, struktur suntaksis yang khas, dan gaya bahasa. Bahasa atau catur dalam bahasa pedalangan dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat); yaitu: janturan, pocapan, ginem atau antawacana, dan sulukan. Bahasa atau catur merupakan hasil garapan dalam bentuk bahasa yang diungkapkan oleh seorang dalang sewaktu pementasan untuk menggambarkan dan mengungkapkan efek-efek khusus, yaitu: indah, menarik, menawan, marah, kritik, dan sugestif. Kritik sosial dalam bahasa pedalangan pocapan gara-gara, dapat dicermati contoh berikut ini, “Gara-gara ing jaman reformasi utawi globalisasi, pakarti srei drengki saya andadi, rajapati pinanggih samargi-margi, ontran-ontran pinanggih sadhengah papan. Wong becik sinirik, wong murka lan duraka uripe malah mulya, kukum negara bisa tinuku rajabrana, wong cilik uripe tambah sengsara, para panguwasa wis padha lali ora bebela, kabeh janjine wus muspra tanpa guna. Agama ilang enerjine, amarga kang diamalake mung sariyate, ninggal tarikat, hakikat, lan maripate …. “. Bahasa pedalangan pocapan gara-gara tersebut terdapat unsur-unsur keindahan piranti kebahasaan, yaitu adanya: asonansi (purwakanthi swara), sisipan –in- (tanggap na), kata dwipurwa; aliterasi (purwakanthi sastra). Adapun segi isi: mengritik keadaan zaman globalisasi dewasa ini yang penuh watak angkara murka, pembunuhan dan pertengkaran terjadi di berbagai tempat, Orang baik dan jujur disingkirkan, dan orang jahat hidupnya tambah mulya, hukum negara dapat dibeli; akibatnya rakyat kecil bertambah sengsara, karena para penguasa tidak ada yang membela dan ingkar janji. Agama hilang powernya, karena dalam mengamalkan tidak holistik atau kafah

Kata-kata Kunci: Kritik sosial, bahasa pedalangan, pocapan, gara-gara.

 

Abstract

The language of shadow puppet is a literary, aesthetic, and full of nuanced imagination of Javanese language. Beside for poetic function, language is also a means to tell stories. The language of shadow puppet as literary language or basa rinengga uses specific language tools; prominent sound, unique morphology, affixation and choice of archaic words, typical syntactic structure, and figure of speech. Language or catur in shadow puppet’s language divided into 4: janturan, pocapan, ginem atau antawacana, and sulukan. Language or catur is the outcome in form of language expressed by a puppeteer during a performance to describe and reveal special effects: beautiful, interesting, captivating, angry, critic, and suggestive. Social criticism in the shadow puppet’s language pocapan gara-gara can be observed through this example: Gara-gara ing jaman reformasi utawi globalisasi, pakarti srei drengki saya andadi, rajapati pinanggih samargi-margi, ontran-ontran pinanggih sadhengah papan. Wong becik sinirik, wong murka lan duraka uripe malah mulya, kukum negara bisa tinuku rajabrana, wong cilik uripe tambah sengsara, para panguwasa wis padha lali ora bebela, kabeh janjine wus muspra tanpa guna. Agama ilang enerjine, amarga kang diamalake mung sariyate, ninggal tarikat, hakikat, lan maripate … There are elements of the beauty of language tools in previous pocapan gara-gara, that is asonansi (purwakanthi swara), -in insertion (tanggap na), dwipurwa word; alliteration (purwakanthi sastra).From the aspect of content: Criticism of the current globalization era because full of wrath, murder and quarrels that occur in various places, Good and honest people are removed, but the wicked become more prosperous, law can be purchased that makes people suffer because their rulers never protect them and break their promise. Religion lost its power, because it was not run holistically or kaffah.

Keywords: Social criticism, shadow puppet’s language, pocapan, gara-gara.


Full Text: PDF