Seminar Universitas PGRI Semarang, Seminar Nasional KeIndonesiaan II Tahun 2017

Font Size: 
PENDIDIKAN NILAI GOTONG-ROYONG SEBAGAI STRATEGI KETAHANAN NASIONAL
Agustinus Wisnu Dewantara

Last modified: 2017-05-31

Abstract


Soekarno pernah mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara Soekarno bahkan merangkum Pancasila dalam satu nilai: “gotong-royong” atau yang disebutnya sebagai Ekasila. Keanekaragaman menjadi modal dan potensi yang luar biasa untuk kemajuan bersama jika dikelola dalam semangat gotong-royong, akan tetapi yang mengemuka dewasa ini justru konflik bernuansa SARA yang bisa menghantam ketahanan nasional. Di titik ini diperlukan suatu pendalaman akan pentingnya gotong-royong sebagai nilai bersama.

Nilai gotong-royong memerlukan jembatan untuk tampil lewat pendidikan nilai. Pendidikan gotong-royong bisa ditampilkan dalam bentuk pengetahuan kognitif, tetapi yang jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana gotong-royong sungguh menjadi etos dan praktek bersama dari sebuah bangsa. Nilai gotong-royong merupakan kenyataan objektif dari sejarah bangsa Indonesia yang ditemukan Soekarno, maka pendidikan gotong-royong dengan demikian harus membuka ruang bagi siapa saja untuk mengembangkan kemampuannya dalam rangka menemukan nilai itu. Pendidikan nilai gotong-royong menjadi semakin efektif bila diuji dengan pengalaman konkret segenap manusia Indonesia yang hidup berdampingan dengan aneka perbedaan, akrab dengan bencana yang kerap secara spontan memunculkan semangat untuk bahu-membahu, dan biasa diuji dengan peristiwa politik (baik itu Pilpres, Pilkada, bahkan Pilkades) yang kadang-kadang menjadi biang pertentangan masyarakat.

Model penelitian yang akan digunakan dalam menggali tema ini ialah penelitian kualitatif bidang filsafat. Penelitian ini menggunakan metode analisis hermeneutika. Nilai gotong-royong akan dikaji dalam perspektif teori nilai Max Scheler, sehingga ditemukan maknanya bagi Indonesia dewasa ini. Peneliti menjadi instumen utama dalam penemuan makna seperti ini.

Konsep gotong-royonglah yang memungkinkan semua unsur yang berbhinneka di tanah air Indonesia diakui keberadaannya. Konsep gotong-royong pulalah yang membuat pluralisme mekar dengan subur. Gotong-royong memiliki dimensi kemanusiaan yang justru bisa menjadi pengikat kebersamaan. Bangsa ini harus meminati nilai gotong-royong lewat pendidikan kegotong-royongan, dan mewujudkan diri sebagai bangsa yang utama dalam menghadapi tantangan yang hendak merongrong ketahanan nasional.

Kata kunci : gotong-royong, pendidikan, nilai


Full Text: PDF