Font Size: 

Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk fisika & teknologi termasuk teknologi informasi dan komunikasi akhir-akhir ini sangat pesat dan kompleks, seperti diketemukannya atau diciptakannya: Bluetooth, Search Engine Google, Google Translate, Youtube, Facebook, E-mail, Hololens, Virtual Reality, God Particle, Neutrino, dan sebagainya; sehingga menimbulkan permasalahan pada segala aspek kehidupan manusia termasuk dalam dunia pendidikan, khususnya permasalahan pembelajaran fisika. Salah satu alternatif solusi terhadap permasalahan dan temuan tersebut, yaitu dengan cara membekali peserta didik dengan keterampilan berpikir yang dapat berpikir kompleks; dan dapat mengintegrasikan berbagai permasalahan dan temuan secara komprehensif dan holistis. Pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana fisika seharusnya dibelajarkan kepada peserta didik ditinjau dari sisi: konten, arah, dan model. Pada sisi konten, fisika dapat dipandang sebagai: produk, proses, dan nilai-nilai, yang kemudian dikenal sebagai hakikat fisika. Fisika sebagai produk berupa kumpulan: fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Fisika sebagai proses, terdiri atas (1) keterampilan proses sains (KPS) dan (2) metode ilmiah. Selain itu, mampu berpikir bahwa fisika, teknologi, dan pembelajaran fisika tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Materi fisika tidak lagi hanya fisika, tetapi juga teknologi, dan pembelajaran fisika tidak lagi hanya ditetankan pada membelajarkan secara proses, tetapi juga secara produk. Oleh karena itu, arah pembelajaran fisika ditujukan kepada Higher Order Thinking Skills (HOTS), Problem Solving, Learning and Innovation Skills Abad 21, Self Directed Learning(SDL), dan pemanfaatan Information Communication Technology (ICT) untuk pembelajaran fisika. Oleh karena itu, model pembelajaran inovatif yang relevan dengan pembelajaran fisika antara lain adalah: Orientasi IPA, INQF, REAL, PO2E2W, PIL, ORDEP2E, C3PDR, PRODUKSI, dan CPBPL