Seminar Universitas PGRI Semarang, SNSE III 2016

Font Size: 
Potensi Penerapan Beberapa Metode Diagnostik Leptospirosis pada Manusia di Indonesia
Dyah Ayu Widyastuti

Last modified: 2016-09-29

Abstract


Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi Leptospira patogen. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropis dan subtropis. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki insidensi leptospirosis cukup tinggi terutama pada musim penghujan. Oleh karena itu, suatu metode diagnostik yang cepat, spesifik, dan sensitif sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan diagnosis sehingga dapat diberikan penanganan medis yang tepat. Namun, masing-masing metode diagnostik yang digunakan dalam diagnosis leptospirosis memiliki kelemahan. Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan, diantaranya kultur Leptospira, tes molekuler, maupun uji serologis. Beberapa metode tersebut meliputi Microscopic Agglutination Test (MAT), Polymerase Chain Reaction (PCR), Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Leptotek Dipstick Assay, Indirect Hemaglutination Test (IHA), dan Indirect Immunofluorescent Antibody Technique (IFA). Dari beberapa metode tersebut, yang dapat diaplikasikan di Indonesia adalah MAT, PCR, ELISA, dan Leptotek Dipstick Assay. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengenalisis kelebihan dan kelemahan antara keempat metode diagnostik tersebut berdasarkan referensi yang ada serta untuk menganalisis metode mana yang paling sesuai untuk diagnosis leptospirosis pada manusia di Indonesia. Berdasarkan studi referensi yang telah dilakukan, Leptotek dapat diasumsikan merupakan metode yang paling memungkinkan untuk diagnosis rutin diagnosis leptospirosis di Indonesia berdasarkan kemudahan dan kecepatan untuk screening awal infeksi. Meskipun harus tetap dilakukan konfirmasi dengan MAT untuk diagnosis lanjut.

 

Kata kunci: Leptospirosis, MAT, PCR, ELISA, Leptotek Dipstick Assay

Full Text: PDF