Seminar Universitas PGRI Semarang, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Profesionalitas Pendidik di Perguruan Tinggi dan sekolah”

Font Size: 
Nilai Budi Pekerti dalam Cerita/Wacana pada Buku Sekolah Elektronik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD
Murywantobroto Murywantobroto, Ghufron Abdullah, Mei Fita Asri Untari

Last modified: 2012-10-04

Abstract


Dapat dikatakan bahwa saat ini bangsa Indonesia mengalami krisis moral. Penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajaran, pornografi, perkosaan, perusakan milik orang lain, perampasan, bunuh diri, aborsi dan peristiwa lain yang serupa, sudah menjadi penyakit masyarakat yang sangat memprihatinkan dan sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan guru (pendidik), sebab pelaku-pelaku dan korbannya adalah pelajar dan mahasiswa. Banyak yang beranggapan bahwa kondisi demikian merupakan tanggung jawab pendidikan. Oleh karena itu, dalam pendidikan perlu diintegrasikan nilai-nilai budi pekerti dan pembiasaan yang baik.

Secara umum anak sangat meyukai cerita dan kegiatan bercerita. Hal tersebut dapat dijadikan peluang dalam menanamkan nilai budi pekerti. Tentunya, wacana atau cerita yang disajikan harus memuat nilai-nilai budi pekerti secara maksimal. Untuk itu cerita/wacana dalam buku pelajaran harus memuat nilai budi pekerti karena setiap hari mereka akan membacanya.

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap Buku Sekolah Elektronik (BSE) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD, dapat disimpulkan bahwa belum semua buku-buku tersebut memuat nilai-nilai budi pekerti secara eksplisit. Jumlah wacana yang bersifat informatif dan tidak mengajarkan nilai budi pekerti lebih banyak daripada wacana yang memuat nilai budi pekerti. Untuk anak SD pembelajaran budi pekerti perlu secara eksplisit/konkret karena mereka masih berpikir konkret dan membutuhkan contoh ucapan dan perilaku yang nyata.