Seminar Universitas PGRI Semarang, SEMINAR NASIONAL BAHASA, SASTRA DAERAH, DAN PEMBELAJARANNYA 2018

Font Size: 
Sebuah Otoetnografi: Menjaga Eksistensi Bahasa Daerah dalam Keluarga
Laxmi Laxmi

Last modified: 2018-03-12

Abstract


Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi perjalanan dan pengalaman hidup penulis dengan mengedepankan sajian otoetografi dan pendekatan pada linguistic antropologi. Pandangan Goodal mengenai interpretive ethnography digunakan sebagai metode dalam menceritakan kembali objek yang sedang diteliti. Berdasarkan atas pengalaman penulis selama bertahun-tahun berkumpul dan hidup bersama dengan keluarga Bapak Guru yang masih menjaga eksistensi bahasa daerah di kalangan keluarganya. Keunggulan dari keluarga tersebut, mampu menggunakan lebih dari empat bahasa daerah, dan menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari dalam berkomunikasi. Kemampuan berbahasa daerah seperti Pulo Binongko, Moronene Kabaena, Wolio Buton, Cia-cia dan Bahasa Bugis di peroleh dari kebiasaan beriteraksi dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Kehomogenan etnik saat keluarga Bapak Guru berpindah-pindah tugas mengajar pada tiga Kabupaten dan enam Desa, membuat anak-anaknya mampu menguasai bahasa-bahasa daerah dengan baik. Kelima anak perempuan lebih banyak menguasai bahasa daerah dibandingkan anak laki-laki, dikarenakan anak perempuan memiliki banyak waktu dalam berinteraksi dengan lingkungan seperti menghadiri kegiatan-kegiatan sosial, budaya, dan berperan pada bidang domestic. Untuk menjaga eksistensi bahasa daerah dalam keluarga, menggunakan prinsip sebagai sesuatu yang harus dibicarakan dan dikerjakan, sehingga bahasa daerah menjadi aktivitas sehari-hari dalam berkomunikasi. Cara yang termudah untuk mengajarkan bahasa daerah melalui penyebutan nama-nama benda, yang dipraktekkan sejak anak-anak mulai mengenal membaca dan menlis. Melalui tulisan sajian otoetnografi ini menjadi sarana untuk menyampaikan dan mengedepankan pengalaman peneliti saat melakukan etnografi, dan menggambarkannya secara personal. Dalam konteks ini dapat dijadikan sebagai tawaran untuk melahirkan dan menceritakan kembali eksistensi masih terjaganya bahasa daerah dalam keluarga.

Kata Kunci: Otoetnografi, Keluarga, Bahasa Daerah, Linguistik, Antropologi.

 

Abstract

This paper aims to explore the journey and life experiences of the author by emphasizing an otoetnografi presentation anthropological linguistics. Goodal's view of interpretive ethnography is used as a method of retelling the object under investigation. It bases on the experience of the author live alive for many years with her family. The advantages of the family are able to use more than four regional languages, and make the local language as a colloquial language in communicating. Local language skills such as Pulo Binongko, Moronene Kabaena, Wolio Buton, Cia-cia and Bugis languages are derived by a habitual interaction within family, school and community. Ethnic homogeneity as the family of Teachers moves around teaching duties in three districts and six villages, enabling their children to master local languages well. The five girls have more local language skills than boys, because girls have a lot of time in interacting with the environment such as attending social activities, cultures, and playing roles in the domestic field. To maintaining it, the local language should become a daily activity in communicating. The easiest way to teach the local language through the mention of the names of objects, which is practiced since the children began to know reading and writing. By writing this autobiographical presentation means that to convey and prioritize the experience of researchers when doing ethnography, and describe it personally. In this context, it can use as an offer to give birth and retell the existence of still the local language in the family.

Keywords: Otoetnografi ,family ,languages local , linguistics, antrhopology.


Full Text: PDF