Seminar Universitas PGRI Semarang, SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN KONSELING 2016

Font Size: 
Konseling Rasional Emotive Behaviour Untuk Membentuk Konformitas Positif Siswa SMK Negeri Kota Semarang
Suhendri Suhendri

Last modified: 2017-04-10

Abstract


Konformitas merupakan hal penting bagi setiap individu, terlebi itu pada kalangan remaja atau siswa. Konformitas di identik dengan solidaritas, siswa memilki solidaritas yang sangat tinggi. Solidaritas sangat di butuhkan dalam kehidupan setiap manusia. Pada hakekatnya manusia tidak bisa berkembang secara individual dengan kata lain tentu selalu membutuhkan bantuan orang lain. Namun demikian konformitas ini sering di salah artikan oleh siswa yaitu solid dalam berbagai macam hal, sehingga ketidak mampuan membedakan antara yang baik dan buruk menjadi fenomena yang menjadikan siswa atau remaja terjerumus pada lingkungan buruk. Dampak yang terjadi yaitu siswa sering melakukan tawuran antar sekolah. Berbagai macam upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah bahkan melibatkan pihak berwenagn dalam menangani tawuran, belum membuahkan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan hasil identifikasi beberapa sekolah SMK di kota semarang, bahwa terdapat 4 sekolah SMK Negeri, siswanya sering melakukan tawuran dengan sekolah lain. Berdasarkan informasi dari guru BK, tawuran ini sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu hingga saat sekarang. Siswa yang melakukan tawuran tersebut yaitu tergabung dari berbagai kelas dalam sekolah tersebut. Hal yang menarik adalah siswa-siswa tersebut model tawurannya yaitu langanan. Sekolah-sekolah tersebut adalah merpakan sekolah SMK Negeri.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk menerapkan untuk konseling rational emotive behavior membentuk konformitas positif pada siswa tersebut. Konseling rational emotive behavior ini berlandaskan pola pikir yang rasional. Pandangannya terhadap manusia bahwa manusia memilki potensi untuk berpikir yang logis. Model konseling ini bertujuan untuk mengubah pikiran irasional menjadi rasional.

Kata Kunci : Konseling rational emotve behavior, membentuk konformitas  positif.


Full Text: 41-52